TUGAS KELOMPOK RESENSI NOVEL Siti Nurbaya karya Marah Rusli (1920)
Kelompok 4 : Resensi Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli (1920)
Nama Kelompok :
1. Kartika
Dwi Cahyanti
2. Ni
Nengah Rosliana Bintari
3. Fikry
Muhammad Rizky
4. Ekky
Raditya
5. Aditya
Ramadhan
Kelas :
1EA05
Judul Buku
: Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang
: Marah Rusli
Penerbit
: Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1992
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal
: 271 halaman
Tokoh
: Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan Sultan
Mahmud.
Sinopsis
Ibunya
meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik
awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya
hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah
seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya
merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.
Pada
mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu
tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk
melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar
semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda
Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk
Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih
mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya.
Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau
menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.
Menghadapi
kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi
membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan
oleh Datuk Maringgih.
Siti
Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia
harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti
kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang
sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan
dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan.
Samsulbahri
yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih
karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang
dialami keluarganya. Pada suatu hari ketika Samsulbahri dalam liburan kembali
ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi
menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih
sehingga terjadi keributan. Teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang
tengah terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi
akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar
itu, ayah Samsulbahri, yaitu Sultan Mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota
Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri harus kembali ke
Jakarta dan ia berjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang.
Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, karena Siti Nurbaya diusirnya.
Siti
Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya
untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Tetapi niatnya itu diketahui oleh
kaki tangan Datuk Maringih. Karena itu dengan siasat dan fitnahnya, Datuk
Maringgih dengan bantuan kaki tangannya dapat memaksa Siti Nurbaya kembali
dengan perantaraan polisi.
Tak
lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang
sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu
terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan
bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri
tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh
tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak
kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah
berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah
namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan
Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri
menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat
membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.
Samsulbahri
alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir
menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal
lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya.
Komentar: Menurut kami, cerita ini
menandung banyak amanat yang bagus untuk kita semua bahwa tidak semua orang
yang ditinggal orang yang dia sayang akan putus asa, selalu ada sesuatu yang
lebih baik dibalik kejadian atau suatu musibah itu. Novel Siti Nurbaya yang secara rinci telah memberikan
sebuah pengalaman yang sangat penting terhadap kehidupan sosial, karena kisah
tersebut menggambarkan nilai-nilai, baik nilai sosial, nilai kebudayaan, nilai
agama maupun nilai pendidikan. Sebagaimana telah kita ketahui tentang
sikap-sikap yang telah dilakukan oleh para tokoh, ada sikap-sikap yang perlu
kita contoh seperti Samsul Bahri dan sikap yang tidak perlu dicontoh adalah
Datuk Maringgih yang selalu meresahkan orang lain. Dan juga dari kisah ini diajarkan
untuk selalu ikhlas dan sabar dengan musibah atau masalah yang tejadi pada
kita. Dan juga untuk orang yang berperilaku jahat atau buruk suatu saat pun
akan dibalas oleh Tuhan. Cerita ini bagus jika dibaca oleh Remaja dan Orang
Tua. Terutama Remaja, agar dapat mengambil pembelajaran dari novel Siti Nurbaya
ini.
Kelebihan dari Novel karya Marah Rusli ini
adalah kita bisa banyak mempelajari
bahasa-bahasa Melayu karena novel tersebut banyak memakai bahasa Melayu.
Cerita-nya menarik, tegang dan tidak membosankan.
Kekurangan
Novel Siti Nurbaya ini adalah ceritanya tidak
seperti interpretasi orang, karena kisah cinta Samsul Bahri yang tidak jadi
menikah dan berpisah dengan Siti Nurbaya. Mungkin agak sedikit membingungankan
dibahasanya karena tidak terlalu mengerti.
Sinopsis dari : http://jaririndu.blogspot.com/2013/04/resensi-novel-siti-nurbaya-kasih-tak.html
Komentar
Posting Komentar